PEKANBARU, ELITNEWS.COM – Lagi-lagi, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Koto Panjang membuka pintu pelimpah air (spillway gate) secara bertahap akibat tingginya curah hujan di hulu. Kali ini, keputusan tersebut kembali menimbulkan kekhawatiran bagi warga di hilir Sungai Kampar yang berulang kali terdampak banjir setiap kali pembukaan pintu air dilakukan dalam jumlah besar.
Menurut Ketua Pelaksana Tim Koordinasi Pengoperasian Bendungan Koto Panjang, Syauqiyatul Afnani Rangkuti, ST, MT, pembukaan dimulai Kamis (27/2) pukul 15.00 WIB dengan tiga pintu setinggi 80 cm. Selanjutnya, dua pintu tambahan akan dibuka pada Jumat (28/2) pukul 09.00 WIB, sehingga total lima pintu dengan bukaan masing-masing 80 cm.
“Pembukaan ini dilakukan demi keamanan bendungan, mengingat inflow ke waduk telah melebihi 1.000 m³/s. Namun, kami memastikan proses ini dilakukan dengan perhitungan matang agar dampaknya ke hilir Sungai Kampar tetap terkendali,” ujarnya.
Meskipun tim koordinasi pengelola bendungan menyatakan bahwa pembukaan spillway tidak akan menyebabkan banjir besar, kenyataan di lapangan berkata lain. Warga di Kabupaten Pelalawan, khususnya di daerah Muara Sako, Tratak Bulu, dan Pulau Cinta, mulai bersiap menghadapi genangan air yang terus meningkat.
Outflow Spillway 3x80 cm menghasilkan total aliran keluar 700,64 m³/s, diperkirakan menaikkan permukaan sungai 20-30 cm. Outflow Spillway 5x80 cm menghasilkan total outflow 930,24 m³/s, dengan kenaikan sungai sekitar 10-30 cm. Total volume air keluar dalam 24 jam untuk spillway 5x80 cm mencapai 80,37 juta meter kubik.
Laporan dari Ferry Langgam menunjukkan kenaikan elevasi air 32 cm dalam satu hari akibat curah hujan, pasang laut, dan dampak dari spillway PLTA. Dengan kondisi ini, masyarakat di hilir Sungai Kampar menghadapi risiko banjir yang semakin tinggi.
PLTA Harus Ubah SOP! Tak Bisa Lagi Beralasan "Demi Keamanan Bendungan". Selama ini, tim koordinasi PLTA Koto Panjang selalu membantah bahwa pembukaan pintu air dalam jumlah besar menjadi penyebab utama banjir. Namun, jika dalam satu hari 80,37 juta meter kubik air dilepaskan ke Sungai Kampar tanpa pengelolaan yang lebih baik, bagaimana mungkin dampaknya bisa dikendalikan?
Pakar lingkungan menegaskan bahwa SOP pengelolaan air waduk harus diubah agar pembukaan pintu air tidak selalu dilakukan secara mendadak dalam jumlah besar. Langkah-langkah konkret yang harus segera diambil antara lain:
1. Perbaikan Manajemen Waduk dengan Pengerukan (Dredging) Endapan lumpur dan pasir di dasar waduk mengurangi kapasitas tampungan. Jika tidak dilakukan pengerukan rutin, waduk akan semakin cepat penuh dan memaksa pembukaan spillway dalam jumlah besar.
2. Reforestasi dan Pengelolaan Daerah Tangkapan Air Deforestasi di daerah hulu mempercepat aliran air permukaan ke waduk, memperparah lonjakan inflow. Penghijauan kembali dan sistem drainase alami harus diperbaiki untuk mengurangi limpasan air hujan secara tiba-tiba.
3. Pembangunan Tanggul dan Saluran Bypass Infrastruktur ini diperlukan untuk mengalihkan air ketika debit Sungai Kampar meningkat, sehingga dapat mengurangi dampak banjir di hilir.
4. Pemantauan Level Air Secara Real-Time Sistem sensor dan teknologi GIS harus diterapkan di sepanjang Sungai Kampar agar pembukaan spillway bisa dilakukan dengan lebih akurat dan bertahap, bukan secara mendadak dalam jumlah besar.
Jika PLTA Koto Panjang tidak segera melakukan perubahan dalam SOP pengelolaan air, banjir di hilir akan terus menjadi bencana berulang yang merugikan masyarakat. Pemerintah daerah, pengelola PLTA, dan masyarakat harus duduk bersama untuk mencari solusi agar keseimbangan antara kebutuhan energi dan keselamatan warga bisa benar-benar tercapai.
Satu hal yang pasti: Pembukaan pintu air PLTA tidak boleh lagi menjadi alasan banjir di hilir. Jika manajemen waduk lebih baik, masyarakat tidak perlu terus menjadi korban. Tim