kendari- Dua selongsong peluru ditemukan di sekitar lokasi unjuk rasa yang berujung rusuh di ruas Jalan Abdullah Silondae, di sekitar depan kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulawesi Tenggara. Seorang mahasiswa Universitas Halu Oleo Fakultas Teknik mesin mengaku menemukan selongsong itu sekitar pukul 17.00 wita seusai mengantar almarhum Yusuf ke RSAD dr. Ismoyo, Kendari.
Mahasiswa yang berkumpul mendengarkan pengarahan dari senior mereka terkait kejadian yang menimpa Yusuf dan Randi tiba-tiba melihat selongsong peluru. “Kami temukan dua selongsong peluru,” kata mahasiswa yang tidak mau disebut namanya itu kepada Tempo, Jumat, 27 September 2019.
Ia mengambil dan menunjukkannya kepada teman-temannya. Setelah mendapat satu selongsong, mahasiswa menyisir badan jalan dan kembali menemukan satu selongsong. “Jarak selongsong peluru pertama dan kedua sekitar 6 meteran.” Dua selongsong itu mereka simpan untuk jadi barang bukti.
Mahasiswa teknik lainnya bercerita soal Yusuf, mahasiswa D3 Jurusan Vokasi Teknik UHO yang meninggal Jumat subuh tadi. Yusuf kritis karena luka parah di bagian kepala. Kemarin, saat unjuk rasa dia berada di sisi barat Kantor DPRD Sultra.
Sejak pukul 13.00, demonstrasi sudah rusuh dan terus memanas. Mahasiswa menjebol tembok kantor Bulog, penghubung ke kantor DPRD. Massa juga membobol pagar gedung DPRD.
Mahasiswa melempari polisi dan kantor DPRD dengan batu yang dibalas polisi dengan tembakan gas air mata. Massa di depan kantor Disperindag Sultra berlarian. Sekitar pukul 15.00 wita saat massa berlarian menghindari gas air mata, dia melihat Yusuf jatuh di depan pagar Disperindag Sultra.
“Ada yang menghampiri Yusuf dan menendang. Jarak saya dengan Yusuf sekitar 6 meter,” kata itu kepada Tempo dengan terbata-bata, Kamis malam di pelataran parkir RSUD Bahteramas.
Melihat Yusuf sudah terkapar, beberapa mahasiswa menggotong Yusuf beramai-ramai lalu mengantarnya menggunakan sepeda motor ke RSAD dr Ismoyo yang jaraknya sekitar 100 meter dari kantor Dinas Tenaga Kerja Sultra.
Bercak darah ditemukan di jalan, sekitar 150 meter dari gedung DPRD Sultra, di sisi barat ruas jalan. Darah yang sudah mengering itu diduga berasal dari rembesan luka mahasiswa demonstran yang tewas.
Sumber:Tempo.co
Mahasiswa yang berkumpul mendengarkan pengarahan dari senior mereka terkait kejadian yang menimpa Yusuf dan Randi tiba-tiba melihat selongsong peluru. “Kami temukan dua selongsong peluru,” kata mahasiswa yang tidak mau disebut namanya itu kepada Tempo, Jumat, 27 September 2019.
Ia mengambil dan menunjukkannya kepada teman-temannya. Setelah mendapat satu selongsong, mahasiswa menyisir badan jalan dan kembali menemukan satu selongsong. “Jarak selongsong peluru pertama dan kedua sekitar 6 meteran.” Dua selongsong itu mereka simpan untuk jadi barang bukti.
Mahasiswa teknik lainnya bercerita soal Yusuf, mahasiswa D3 Jurusan Vokasi Teknik UHO yang meninggal Jumat subuh tadi. Yusuf kritis karena luka parah di bagian kepala. Kemarin, saat unjuk rasa dia berada di sisi barat Kantor DPRD Sultra.
Sejak pukul 13.00, demonstrasi sudah rusuh dan terus memanas. Mahasiswa menjebol tembok kantor Bulog, penghubung ke kantor DPRD. Massa juga membobol pagar gedung DPRD.
Mahasiswa melempari polisi dan kantor DPRD dengan batu yang dibalas polisi dengan tembakan gas air mata. Massa di depan kantor Disperindag Sultra berlarian. Sekitar pukul 15.00 wita saat massa berlarian menghindari gas air mata, dia melihat Yusuf jatuh di depan pagar Disperindag Sultra.
“Ada yang menghampiri Yusuf dan menendang. Jarak saya dengan Yusuf sekitar 6 meter,” kata itu kepada Tempo dengan terbata-bata, Kamis malam di pelataran parkir RSUD Bahteramas.
Melihat Yusuf sudah terkapar, beberapa mahasiswa menggotong Yusuf beramai-ramai lalu mengantarnya menggunakan sepeda motor ke RSAD dr Ismoyo yang jaraknya sekitar 100 meter dari kantor Dinas Tenaga Kerja Sultra.
Bercak darah ditemukan di jalan, sekitar 150 meter dari gedung DPRD Sultra, di sisi barat ruas jalan. Darah yang sudah mengering itu diduga berasal dari rembesan luka mahasiswa demonstran yang tewas.
Sumber:Tempo.co