Washington – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan negaranya bersiap untuk merespon serangan atas fasilitas pengolahan minyak mentah Arab Saudi.
Trump juga mengotorisasi penggunaan cadangan minyak darurat Amerika untuk memastikan suplai minyak tetap stabil pasca serangan, yang mempengaruhi sekitar 5 persen dari produksi minyak dunia.
“Ada alasan untuk meyakini bahwa kita tahu pelakunya, sudah bersiap tergantung verifikasi tapi menunggu untuk mendengar dari Kerajaan Saudi mengenai siapa yang mereka yakini sebagai penyebab serangan ini dan dalam konteks apa kami akan melanjutkan,” kata Trump lewat cuitan Twitter pada Senin, 16 September 2019.
Sebelumnya, seorang pejabat AS mengatakan bahwa ada bukti serangan terhadap fasilitas pengolahan minyak terbesar di Saudi mengindikasikan Iran sebagai pelakunya dan bukan kelompok Houthi Yaman, yang mengaku bertanggung jawab.
Menlu AS, Mike Pompeo, juga mengatakan tidak ada bukti serangan berasal dari arah Yaman, yang menjadi lokasi pertempuran antara pasukan pemerintah dukungan Arab Saudi dan kelompok Houthi, yang didukung Iran, selama empat tahun terakhir.
“Di tengah seruan untuk deeskalasi, Iran telah meluncurkan serangan terhadap suplai energi dunia,” kata Pompeo.
Juru bicara Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi, menampik tudingan AS dan menyebutnya sebagai sia-sia.
Seorang komandan senior pasukan Garda Revolusi Iran, memperingatkan negaranya siap bertempur secara penuh.
“Semua markas dan kapal induk Amerika dalam jarak 2.000 kilometer di sekitar Iran dalam jangkauan rudal kami,” kata Komandan Amirali Hajizadeh seperti dilansir media Tasnim dari Iran.
AS dan Iran berkonflik mengenai program nuklir dan pengembangan senjata rudal balistik, yang bisa menjangkau sekutu AS di Timur Tengah.
Akibat rusaknya fasilitas pengolahan minyak Saudi, harga minyak dunia naik sekitar 15 persen pada Ahad kemarin. Sekitar 5.7 juta barel suplai minyak terputus dari pasar akibat rusaknya fasilitas minyak Saudi itu.
Seorang pejabat AS mengatakan ada 19 titik dampak ledakan yang menunjukkan arah serangan berasal dari sebelah barat lau dari target dan bukan dari Yaman.
Pejabat Saudi disebut mengindikasikan ada serangan rudal jelajah terhadap fasilitas pengolahan minyak Saudi itu.
“Tidak diragukan lagi Iran bertanggung jawab atas ini. Bagaimanapun kamu menyajikannya, tidak ada yang diragukan. Tidak ada kandidat lain,” kata pejabat ini.
Richard Nephew, direktur Program di Pusat Kebijakan Energi Global di Colombia University, mengatakan Iran bertanggung jawab atas serangan ini sebagai balasan atas sanksi AS.
“Mereka membuat keputusan mengenai apa dan bagaimana merespon apa yang mereka sebut sebagai serangan massal atas kepentingan mereka oleh sanksi AS dengan menyerang kepentingan AS sebagai balasan dan mitra AS yang diduga bertanggung jawab atas kebijakan AS,” kata dia soal serangan di kilang Arab Saudi.
Sumber:Tempo.co
Trump juga mengotorisasi penggunaan cadangan minyak darurat Amerika untuk memastikan suplai minyak tetap stabil pasca serangan, yang mempengaruhi sekitar 5 persen dari produksi minyak dunia.
“Ada alasan untuk meyakini bahwa kita tahu pelakunya, sudah bersiap tergantung verifikasi tapi menunggu untuk mendengar dari Kerajaan Saudi mengenai siapa yang mereka yakini sebagai penyebab serangan ini dan dalam konteks apa kami akan melanjutkan,” kata Trump lewat cuitan Twitter pada Senin, 16 September 2019.
Sebelumnya, seorang pejabat AS mengatakan bahwa ada bukti serangan terhadap fasilitas pengolahan minyak terbesar di Saudi mengindikasikan Iran sebagai pelakunya dan bukan kelompok Houthi Yaman, yang mengaku bertanggung jawab.
Menlu AS, Mike Pompeo, juga mengatakan tidak ada bukti serangan berasal dari arah Yaman, yang menjadi lokasi pertempuran antara pasukan pemerintah dukungan Arab Saudi dan kelompok Houthi, yang didukung Iran, selama empat tahun terakhir.
“Di tengah seruan untuk deeskalasi, Iran telah meluncurkan serangan terhadap suplai energi dunia,” kata Pompeo.
Juru bicara Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Mousavi, menampik tudingan AS dan menyebutnya sebagai sia-sia.
Seorang komandan senior pasukan Garda Revolusi Iran, memperingatkan negaranya siap bertempur secara penuh.
“Semua markas dan kapal induk Amerika dalam jarak 2.000 kilometer di sekitar Iran dalam jangkauan rudal kami,” kata Komandan Amirali Hajizadeh seperti dilansir media Tasnim dari Iran.
AS dan Iran berkonflik mengenai program nuklir dan pengembangan senjata rudal balistik, yang bisa menjangkau sekutu AS di Timur Tengah.
Akibat rusaknya fasilitas pengolahan minyak Saudi, harga minyak dunia naik sekitar 15 persen pada Ahad kemarin. Sekitar 5.7 juta barel suplai minyak terputus dari pasar akibat rusaknya fasilitas minyak Saudi itu.
Seorang pejabat AS mengatakan ada 19 titik dampak ledakan yang menunjukkan arah serangan berasal dari sebelah barat lau dari target dan bukan dari Yaman.
Pejabat Saudi disebut mengindikasikan ada serangan rudal jelajah terhadap fasilitas pengolahan minyak Saudi itu.
“Tidak diragukan lagi Iran bertanggung jawab atas ini. Bagaimanapun kamu menyajikannya, tidak ada yang diragukan. Tidak ada kandidat lain,” kata pejabat ini.
Richard Nephew, direktur Program di Pusat Kebijakan Energi Global di Colombia University, mengatakan Iran bertanggung jawab atas serangan ini sebagai balasan atas sanksi AS.
“Mereka membuat keputusan mengenai apa dan bagaimana merespon apa yang mereka sebut sebagai serangan massal atas kepentingan mereka oleh sanksi AS dengan menyerang kepentingan AS sebagai balasan dan mitra AS yang diduga bertanggung jawab atas kebijakan AS,” kata dia soal serangan di kilang Arab Saudi.
Sumber:Tempo.co